Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2022

Euthanasia

Gambar
                              Bayangan suram itu pada akhirnya berani kembali  Hidup dan menghidup udara dari seonggok daging yang tak serupa sebelumnya Ia memelukku begitu erat hingga tercekat Namun masihlah sama, ia gelap, jahat, dan membuatku bergidik ngeri barangkali kini tak ada yang sanggup melukisku selain rasa takut            Aku tak pernah ingin bergumul dalam perseteruan ini Antara otak dan nurani yang saling melukai Aku sendiri tlah begitu lelah hanyut dalam perasaan-perasaan tak terprediksi Kerap kalinya jemariku ingin lancang membunuh perasaan yang perlahan tumbuh, Kejam memang, Namun lebih baik tinimbang kesekian kalinya harus kembali lebam, karena sosok yang membuatku gamang                           

Transient

Gambar
                           Sepertinya baru kemarin segala sesuatu nampak begitu sempurna. Sejenak aku terlupa bulan-bulan lalu yang dipenuhi duka, lara, dan nestapa. Sepertinya baru kemarin tawa-tawa usang kembali terlahir. Hingga pada titik ini aku kembali dihantam kenyataan bahwa tak ada satupun yang selamanya di dunia. Pelangi-pelangi elok itu berakhir sudah, digantikan setetes hujan yang kian menderas. Lika-liku menyenagkan itu ternyata fana. Kanvas penuh gores kebahagiaan itu pun turut luntur. Tawa-tawa kita pada akhirnya terasa begitu hambar dan luntur. Habis sudah semua dilahap waktu dan resah.           Kini aku tahu, kau tak jauh berbeda dari sosok-sosok lainnya yang singgah paa hidupku. Pada satu titik, kusadari akan ada waktu untukmu kembali pergi. Dan pada akhirnya kita akan kembali menjadi sepasang manusia asing dengan tumpukan kenangan yang begitu aneh. Karena aku selalu paham, bahwa segala sesuatu yang bermula dari kata asing maka entah kapan, ia akan kembali pada titik

Mambaur

Gambar
Perasaan paling janggal ialah saat aku tak pernah tahu ternyata kau telah begitu lama hidup dalam diriku. Dengan sosok raga yang tak lagi sanggup kuraba, sorot yang lagi mampu kuselami, dan jemari yang tak mampu lagi kusentuh barang seinci. Sudah seberapa lama kau hidup dalam diriku, Tuan? Dan aku bagai sesosok inang yang tak sadar telah kehilangan jutaan perasaan yang seharusnya mampu menghidupiku lebih panjang. Biar sekali lagi kutanyakan, sudah berapa lama kau mendekam dalam lubuk paling dalam itu, Tuan? Menyeret habis semua peluang dan membuatku terjebak dalam kelamnya lubang kenangan. Bodohnya, aku tak pernah sadar ternyata kau turut mendewasa bersamaku. Serpihan memoar masa lalu itu ternyata tak pernah sungguhan kusapu bersih. Justru kini ia kembali tercetak sempurna dalam kepala, lengkap dengan sosokmu yang mengumbar senyum jumawa. Entah mengapa aku baru tersadar bahwa kau nyaris menghabiskan separuh hidup dan kewarasanku selama ini, Tuan.