Transient




             

        Sepertinya baru kemarin segala sesuatu nampak begitu sempurna. Sejenak aku terlupa bulan-bulan lalu yang dipenuhi duka, lara, dan nestapa. Sepertinya baru kemarin tawa-tawa usang kembali terlahir. Hingga pada titik ini aku kembali dihantam kenyataan bahwa tak ada satupun yang selamanya di dunia. Pelangi-pelangi elok itu berakhir sudah, digantikan setetes hujan yang kian menderas. Lika-liku menyenagkan itu ternyata fana. Kanvas penuh gores kebahagiaan itu pun turut luntur. Tawa-tawa kita pada akhirnya terasa begitu hambar dan luntur. Habis sudah semua dilahap waktu dan resah.

        Kini aku tahu, kau tak jauh berbeda dari sosok-sosok lainnya yang singgah paa hidupku. Pada satu titik, kusadari akan ada waktu untukmu kembali pergi. Dan pada akhirnya kita akan kembali menjadi sepasang manusia asing dengan tumpukan kenangan yang begitu aneh. Karena aku selalu paham, bahwa segala sesuatu yang bermula dari kata asing maka entah kapan, ia akan kembali pada titik mulanya. Entah, aku sudah begitu lelah untuk mencerna. Biarlah yang ingin hilang pada akhirnya sungguhan hilang. Biar yang dibuat berantakan sungguhan berantakan. Dan jika esok pagi kau pun memilih pergi, sungguh tak ada lagi yang patut kutangisi. Kemudian jika esok berikutnya kau tiba-tiba memilih kembali, rasanya aku pun tak lagi peduli. 

                    






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sempurna Yang Sesungguhnya Ialah Sederhana

Puisi-puisi Cinta Yang Entah Untuk Siapa

Euthanasia