Postingan

Puisi-puisi Cinta Yang Entah Untuk Siapa

Gambar
aku selalu ingin mengirim puisi-puisi cinta pada seseorang yang dahulu tak pernah bisa kuajak bicara entah pagi, siang, sore, ataupun malam tak masalah karena bagiku jika perasaan hebat itu tlah hidup dalam diriku, maka waktu bukanlah suatu hal yang berharga aku ingin jatuh cinta dengannya setiap hari tanpa jeda, pun sebaliknya aku ingin dicintai dengan serupa, tanpa adanya ekuilibrium yang mencipta resah meski katanya perasaan itu dinamis, bagiku jika itu kita maka ia akan terus bertambah dan bertumbuh  kita? iya kita aku dan seorang yang masih dirahasiakan semesta entah sesiapanya aku dan seorang yang kata tuhan, ia bisa memahamimu lebih dari dirimu sendiri ia bisa menerimamu dan mengajarkanmu untuk mencintai diri sendiri ia tak masalah dengan hal-hal yang dulu kau anggap buruk rupa, karena dimatanya kau adalah sosok paling sempurna namun entah pertanyaan-pertanyaan 'siapa itu' belum mau dijawab tuhan katanya, bersabarlah akan selalu ada waktu meski di linimasa berikutnya kem

Sempurna Yang Sesungguhnya Ialah Sederhana

Gambar
  Untuk sesosok lelaki yang hanya mampu kutemui di lorong-lorong perkuliahan, Kukenal lewat deretan playlist lagu di spotify Dan kupandang lewat pertandingan-pertandingan yang disiarkan ulang  Ia tak perlu tampil begitu rapi dan sempurna, Cukup menjadi sederhana untuk nyaman dinikmati oleh mata Ia dan kemejanya  Ia yang tak pernah absen dengan celana kainnya Ia dan tas selempang yang bertengger gagah di bahu tegapnya Polos, Ia tak perlu aksesori mahal untuk terlihat rupawan Karena ternyata ia dan segala kelugasannya sudah begitu menawan, Bagiku sendiri, ia terlalu sulit untuk dilewatkan tanpa senyuman Ya tuhan, indah sekali Cericit kecil itu selalu berhasil lolos dari bibir   Sesekali ada syukur yang diurai, Ya ucapan syukur karena dipertemukan dengan ciptaanNya yang sedikit menabur bahagia, Lukanya belum hilang memang, ia hanya terselubungi secuil tawa, yang muasalnya dari sesosok asing tanpa suara Sesosok sederhana yang indah serupa manik yang menggantung dilehernya Semarang, 20 Mei

Realita Kepala Dua

Gambar
Bagaimana perjalananmu sejauh ini? Menginjak kepala dua dengan berbagai hal yang tak lagi sederhana Menjadi dewasa ternyata tak semenyenangkan itu ya? Satu persatu orang-orang penting dalam hidupmu mulai pergi Iya, pada akhirnya kau disadarkan bahwa semua orang akan memilih jalannya sendiri Tak ada yang selamanya akan tinggal Tak ada yang  selamanya akan menjadi pendengar Tak ada yang selamanya akan siap sedia untuk kita Pada akhirnya, dikepala dua kau mulai segalanya tanpa siapa-siapa lagi Dahulu sendirian adalah kata yang paling kau takutkan  Namun mau tak mau, beriringan usia kita semua akan berkawan dengannya bukan? Karena tak ada lagi yang bisa selalu diandalkan Pada akhirnya kamu hanya punya dirimu sendiri Karenanya kamu hanya perlu berdamai dan berbaik hati, Mungkin kali ini bukan hanya berbaik hati pada orang lain Mungkin kali ini bukan hanya mengasihani dan menolong orang lain Tapi pada diri sendiri Dan bersahabat dengan sosok yang selama ini kau benci

Euthanasia

Gambar
                              Bayangan suram itu pada akhirnya berani kembali  Hidup dan menghidup udara dari seonggok daging yang tak serupa sebelumnya Ia memelukku begitu erat hingga tercekat Namun masihlah sama, ia gelap, jahat, dan membuatku bergidik ngeri barangkali kini tak ada yang sanggup melukisku selain rasa takut            Aku tak pernah ingin bergumul dalam perseteruan ini Antara otak dan nurani yang saling melukai Aku sendiri tlah begitu lelah hanyut dalam perasaan-perasaan tak terprediksi Kerap kalinya jemariku ingin lancang membunuh perasaan yang perlahan tumbuh, Kejam memang, Namun lebih baik tinimbang kesekian kalinya harus kembali lebam, karena sosok yang membuatku gamang                           

Transient

Gambar
                           Sepertinya baru kemarin segala sesuatu nampak begitu sempurna. Sejenak aku terlupa bulan-bulan lalu yang dipenuhi duka, lara, dan nestapa. Sepertinya baru kemarin tawa-tawa usang kembali terlahir. Hingga pada titik ini aku kembali dihantam kenyataan bahwa tak ada satupun yang selamanya di dunia. Pelangi-pelangi elok itu berakhir sudah, digantikan setetes hujan yang kian menderas. Lika-liku menyenagkan itu ternyata fana. Kanvas penuh gores kebahagiaan itu pun turut luntur. Tawa-tawa kita pada akhirnya terasa begitu hambar dan luntur. Habis sudah semua dilahap waktu dan resah.           Kini aku tahu, kau tak jauh berbeda dari sosok-sosok lainnya yang singgah paa hidupku. Pada satu titik, kusadari akan ada waktu untukmu kembali pergi. Dan pada akhirnya kita akan kembali menjadi sepasang manusia asing dengan tumpukan kenangan yang begitu aneh. Karena aku selalu paham, bahwa segala sesuatu yang bermula dari kata asing maka entah kapan, ia akan kembali pada titik

Mambaur

Gambar
Perasaan paling janggal ialah saat aku tak pernah tahu ternyata kau telah begitu lama hidup dalam diriku. Dengan sosok raga yang tak lagi sanggup kuraba, sorot yang lagi mampu kuselami, dan jemari yang tak mampu lagi kusentuh barang seinci. Sudah seberapa lama kau hidup dalam diriku, Tuan? Dan aku bagai sesosok inang yang tak sadar telah kehilangan jutaan perasaan yang seharusnya mampu menghidupiku lebih panjang. Biar sekali lagi kutanyakan, sudah berapa lama kau mendekam dalam lubuk paling dalam itu, Tuan? Menyeret habis semua peluang dan membuatku terjebak dalam kelamnya lubang kenangan. Bodohnya, aku tak pernah sadar ternyata kau turut mendewasa bersamaku. Serpihan memoar masa lalu itu ternyata tak pernah sungguhan kusapu bersih. Justru kini ia kembali tercetak sempurna dalam kepala, lengkap dengan sosokmu yang mengumbar senyum jumawa. Entah mengapa aku baru tersadar bahwa kau nyaris menghabiskan separuh hidup dan kewarasanku selama ini, Tuan. 

Kesuma

Gambar
Untuk Kesuma, yang hampir mati ditangan para bajingan Tetaplah bernyawa meski dihimpit derita Sudut gelap itu terlalu senyap Pekat diselimuti hitam yang membuatmu pengap Sudut indah itu kini tak lagi kau kenali Ia begitu asing, kosong, dan menyimpan seberkas ngeri Kesuma hidup di dalamnya dengan napas satu dua yang hampir berhenti Raut eloknya masihlah sama Namun terpancar luka pada dua manik bola matanya Kesuma masih bersemayam pada raga indahnya, namun seolah jiwanya t'lah mati tanpa nadi Ada yang koyak dalam dada Kesuma Ada jari-jemari yang mencengkeram lengannya hingga membiru, Lantas bergerak naik mencekik lehernya, begitu keras seolah melarang hidungnya menghidu Seberkas senyuman bengis terlintas, serakah benar hendak melahapnya hingga habis "Bajingan" kata itu lolos dari sudut bibir Kesuma Dibuntuti isak tangis pilu yang tak kunjung sirna Sayatan tak kasat mata berhasil memporak porandakan si puan jelita, Hingga kakinya tak mampu menopang berat tubuhnya, ia tersuru