Parasit

 

pinterest

Hari ini dia kembali. Pulang dengan tangan kosong. Pulang dengan rupa yang sesungguhnya masih sama--seolah tak pernah merasa berdosa. Aku ingat dengan jelas seringainya masih tak berubah. Menyeramkan. Dan bertepatan pula hari ini lidahku tiba-tiba kelu. Tak ada satupun ucap yang keluar dari sana. Entah, mendadak aku selayaknya orang gagu.

"Hai apa kabar?" sayup-sayup kudengar suaranya bergema dalam gendang telingaku.

Bulu kudukku meremang seketika. Suara-suara itu juga masih sama. Ada cekikik mencemooh selanjutnya.

"Bagaimana, rindu denganku tidak?" suaranya lagi.

"Aku pulang pada rumahku hari ini. Hihihihihihi," tawanya membuatku jengkel.

"Ayo main denganku. Kamu tidak rindu dengan permainan-permainan kita?" 

Mataku tengah menerawang kosong pada jendela. Hujan diluar sana kian menderas menyisakan embun basah di kaca jendela. Abu-abu, entah di luar atau di dalam kenapa semuanya menjadi buram. Detik itu rasa was-was menyelimutiku. Jemariku bergerak mengucek mata. Kenapa tiba-tiba hitam? Aku masih bisa melihat bukan?

"Ayo main!"

"Ayo main!"

"Ayo main!"

Suara-suara itu bergema memenuhi ruangan sempit kamarku dan memantul ribuan kali dalam kepala.

"Diam! Kamu bebal sekali padahal sudah kuusir pergi!" kali ini aku nyaris membentaknya.

Kekesalanku sungguh-sungguh sudah berada pada puncaknya. Aku memaki-makinya dalam hati. Penuh dendam dan amarah. Bagaimana bisa ia dengan semudah itu kembali padaku. Tanpa merasa bersalah sudah menghancurkan hidupku. Tanpa merasa bersalah membuat aku kehilangan keseimbangan untuk sekadar berpijak pada dunia. Tanpa merasa bersalah membuatku kehilangan kesempatan-kesempatan berharga.

DIA KURANG AJAR!

Diantara remang cahaya lampu kamar sempitku, kutatap ia dengan nyalang. Kuamati dalam-dalam sosoknya. Senyuman sedih itu ada dibalik cermin lebar yang berdiri kokoh di depanku. Tanganku terkepal menghantamnya. Jujur sakit sekali. Kulirik sekali lagi, mengapa ia masih ada. Senyum sedih yang meminta belas kasihan itu masih ada. Kini bisa kurasakan ada yang merembes basah diujung matanya.

"Aku minta baik-baik untukmu pergi."

"Aku lelah dengan suara-suaramu di dalam kepala."

"Aku ingin pergi tapi bukan hari ini. Hari ini kau sedang tidak baik-baik saja bukan?" ia menyeringai menyebalkan.

"Itu karena kau bodoh!" aku tersenyum kecut.

"Iya memang itu tugasku membuatmu begitu. Aku sedang dalam misi membuat hidupmu kembali kacau."

"Dasar gila!" Aku membentaknya.

"Overthingking memang gila, sayang. Tapi kau lebih tidak waras membuatnya hidup menjadi parasit di tubuhmu."

Aku diam. Pelan-pelan mencerna kata-kata tidak masuk akalnya. Aku beneran gila?

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi-puisi Cinta Yang Entah Untuk Siapa

Sempurna Yang Sesungguhnya Ialah Sederhana

Euthanasia