Saling Bertaut Lara Kita


Boleh aku rengkuh tubuh ringkihmu?

Tolong jangan,

Jangan lagi kau tolak laiknya tahun-tahun lalu

Kau sudah bagai sesosok belulang rapuh


Sorotmu tak lagi pancar

Pelangi pada bola matamu sudah sempurna pudar

Aku tlah kehilangan liat dan lincahmu

Ragamu pula menjelma serakan kering yang kehilangan arah mata angin


Puan...

Aku tak pernah takut cantikmu suatu hari kan pudar

Entah, serupa apa lusuhmu kau tetap secantik dulu

Tapi jauh lebih menakutkan daripada itu,

Jika esok bahumu luruh, dadamu kehilangan gemuruh


Pulanglah, mari, kemari

Pada bahu yang penuh pelukku

Puan....

Pulanglah, mari, kemari

Pada dua daun telingaku


Pulanglah, mohonku sungguhan

Tak tega aku membiarkanmu terkapar tanpa kesadaran

Kisahkan padaku tentang apapun,

berat dan kejamnya hidupmu

dalam dan perih lukamu


Sungguh kisahkan pada daun telingaku apapun

Apa-apa yang begitu dalam kau timbun 

Meski entah kapan akan berujung 

Meski entah kemana hendak bermuara

Biar malam-malam kita habis sama-sama menyembuhkan duka, lara, nestapa


Purworejo, 27/03/21


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi-puisi Cinta Yang Entah Untuk Siapa

Sempurna Yang Sesungguhnya Ialah Sederhana

Euthanasia