Pembuka dan Penutupnya ialah Aku Sendiri
Didedikasikan untuk puan yang tengah bergulat dalam kesendirian, luka, dan pengharapan tanpa akhir. Aku hanya ingin bicara, kau tidak lagi sendirian karena diantara jutaan puan lain ada yang serupa denganmu.
Dongengku Sendiri
Pada senyap malam aku bersaksi dalam kosong,
Bicara pada longkang tempat tidur berdebu yang bisu
Mengumbar senyuman pada gelap yang bergelut pengap
Kukisahkan sepanjang malam tentangmu,
Tanpa pernah berani menyebut siapa aku
Aku si pendongeng,
Si pendamba akhir kisah bahagia
Dan semesta, si pemiliki kisah milyaran makhluknya
Dan ia tuliskan dengan penanya,
Adalah kau si penawar pekatnya lara
Kau sebatas penawar bukan yang abadi
Kau yang dikirim semesta untuk singgah lantas diminta pergi
Aku si paham akan segala gulana dan kesakitan
Aku si paham akan segala fana dan ketidakmungkinan
Dan aku pula si paham bahwa denganmu tiada boleh ada barang setitik pengharapan
Lantas mengapa kau masih terus kudongengkan pada malam?
Ku puji betapa senyummu yang paling indah diantara temaram
Mengapa masih ku hitung hari demi hari untuk kisah-kisah baru?
Sedang sejak mula aku sendiri tahu hanya aku yang menulis prolog sembari menyusun epilog
Dan kau? Bukan dan tidak akan pernah menjadi bagian dari aku
Menggali Sendiri
Tuhan, aku tahu sakit adalah sakit
Lara jika kucecap berulang kali tetaplah lara
Luka jika kudera berulang kali tetaplah luka
Tidak ada yang berubah, tilasnya masih dan akan selalu ada
Di atas lembar-lembar dongeng sendiri, aku menyiksa aku
Menyayat perasaan sendiri tanpa perasaan
Merubuhkan benteng pertahanan yang kubangun sendirian
Ternyata semua sakitnya kugali sendiri dengan jari jemari
Bukan salahmu
Kau hanya sebatas utusan semesta
Bukan salahmu
Kala tugasmu usai tawapun berhenti terurai
Barangkali ini salahku
Menuliskan akhir dogeng bahagia tanpa kau setuju
Barangkali ini salahku
Sibuk sendiri mencari-cari luka yang tak seharusnya dicipta
Sendiri yang Nyata
Berdua itu khayal
Kita itu apa?
Bukan dan tidak akan menjadi apa-apa
Berdua itu hanya fana dalam kepala
Selepas jauh, pun kau sama dengan mereka
Selepas rasa tak sengaja lepas kau pun tak ada beda
Acuh dan perlahan lenyap
Selayaknya asap yang ditelan pekat
Hilang, kucari kemana-mana kau tak ada
Hanya tersisa satu kau, di dasar perasaan yang tak pernah tersampaikan
Apa gerangan yang membawamu hilang?
Lantas mengapa justru aku yang merasa paling kehilangan?
Komentar
Posting Komentar